Selasa, 12 Maret 2013

Kerja Keraslah Selagi Masih Muda!


Sewaktu makan siang di warteg, aku berpaspasan dengan orang tua yang tidak tau dari mana datangnya sedang makan di meja sebelahku. Awalnya aku tidak memperhatikan orang tua ini, karena aku disibukkan dengan berjibun sms yang harus aku balas. Namun lama-kelamaan orang tua ini berhasil menyita perhatianku saat iya membayar uang makannya.
Terlihat sekali bahwa dia tidak percaya diri, dengan suaranya yang di rendahkan dan pakaian kusutnya yang mungkin dia habis kerja keras dan belum sempat mandi, karena jujur saja bau badannya beraroma kurang enak saat itu.
Ketika di tanya oleh penjual warteg ia pake lauk apa aja, ia menjawab dengan malu-malu seolah-olah agar pembeli yang saat itu rame tidak ada yang dapat mendengar dia makan apa saja. Dan ternyata memang benar dugaanku, dia makan sangat lahapnya, tapi cuma habis Rp. 5,000,~. Bayangkan saja makan cuma habis Rp. 5,000,~ ??? Kemudian ia tidak langsung pergi, dengan nada memelasnya ia membayar uang Rp, 5,000,~ itu dan meminta air minum sedikit lagi, untung saja penjual warteg itu baik dan ramah, ia memberikan air minum segelas lagi untuk orang tua ini dengan cuma-cuma. Kemudian orang tua ini duduk sebentar sambil menghabiskan air lalu pergi.
Saat itu aku buru-buru menghabiskan makanku, berharap aku bisa mengetahui akan kemana orang tua itu, karena aku sangat penasaran dengan apa yang sedang ia kerjakan hingga mampir di warteg dekat kantor aku bekerja. Dari penampilannya mungkin ia adalah penjual dagangan keliling, atau ia sedang ikut mengerjakan project bangunan, atau entahlah, aku sedikit kesulitan menebaknya.
Aku segera mambayar uang makanku ketika orang tua itu keluar dari warteg, dan aku pun cepat-cepat keluar melihat kemana arahnya, namun yang aku temukan, ia hanya berjalan lurus tanpa membawa jualan atau peralatan, aku semakin bingung, siapa dia sebenarnya, karena banyak kemungkinan yang bisa di prediksi.
Aku masih menatapnya hingga ia jauh berjalan lurus, dengan banyak pertanyaan tentang orang tua itu di benakku, kenapa ia jalan kaki? kenapa tidak naik angkot, ojek atau apalah? apa karena ia tidak punya uang? Dan masih banyak lagi pemikiran yang lain.
Entah benar atau salah pemikiranku saat itu,  namun kejadian seperti ini sering kita alami di jalan, di warung, di bus umum, di pasar, di terminal, dan banyak tempat lainnya. Pertanyaan mendasar yang harus kita renungkan adalah; kenapa di usia mereka yang sangat tua mereka masih berkerja? Apa yang telah mereka lakukan sewaktu masih muda dulu? Lalu keman keluarga dan anak cucu mereka? Kenapa mereka terlihat terlantar dan kekurangan? Dan masih banyak pertanyaan terkait lainnya.
Yang aku pelajari dari kejadian ini adalah, selagi masih muda kita harus benar-benar mempersiapkan diri dan bekerja keras sekuat dan sebesar impian kita, agar seapes-apesnya kita di masa tua nanti kita tetap memiliki mental baja dan kemampuan berfikir yang semakin bijak, agar kita bisa tetap melindungi keluarga dan anak cucu kita nantinya.
Jika orang bilang puas-puasin dulu nakal dan bandelnya selaki masih muda, bisa di bilang pernyataan itu benar, tapi tentu ada batasan dan jangkauannya. Bukan berarti karena masih muda kita berleha-leha dan berfoya-foya saja dengan tidak memikirkan masa depan, tentu hal ini salah kaprah. Yang seharusnya di lakukan adalah kita harus terus berfikir, entah yang kita lakukan itu benar atau salah, kita tetap harus berfikir dan mengambil manfaat dan hikmah dari setiap kejadian.
Jadi, bermainlah ketika masih muda tapi tetap berfikir dan mempersiapkan masa depan dengan baik. Jangan sampai di usia kita yang sudah tua kita baru memikirkan untuk menjalani hidup dengan serius dan baru mulai bekerja. Banting tulanglah selagi masih muda, dan menangislah setiap hari selagi masih muda, bertengkarlah dengan berbagai opini dan kenyataan selagi masih muda, sebagai modal pembanding, agar ketika kita sudah tua kita bisa menikmati hasilnya.
Semoga Bermanfaat. Terimakasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar